Selasa, 12 Januari 2010

SALUANG

Saluang merupakan alat musik tiup yang berfungsi mengiringi dendang tradisional minangkabau dalam tradisi”saluang dendang”
kegembiraan,kesedihan,dan kerinduan hati masyrakat dapat diungkapakn melalui pantun”saluang dendang”dewasa ini alat tiup”saluang”ada yang dilaras sesuai tuntunan komposisi musik kreasi baru dan musik popular,karena sudah memasyrakatkan tradisi musik”saluang dendang”maka kesenian ini tidak khawatir dengan inovasi
• NILAI CINTA KASIH
-Nilai cinta kasih yang terdapat pada film saluang terletak pada saat sepasang insan manusia sedang jatuh cinta dan mereka pun saling menyukai satu sama lain. Dan saling jatuh cinta
• NILAI KESEDIHAN
-Nilai kesedihan yang terdapat pada film saluang terletak pada saat sepasang insan manusia yang saling bercinta tapi cintanya di pisahkan karena orang tua wanita tidak setuju karena laki-lakinya seorang peniup saluang. Di karenakan pekerjaan dari laki-laki itu kurang meyakinkan untuk dijadikan pekerjaan sebagaimana layaknya.
• NILAI MORAL
-Nilai moral yang terdapat pada film saluang terletak,bahwa seorang wanita tidak baik meyendiri lama-lama di karenakan jika berlama-lama menyendiri di takutkan jodohnya lama di temukan dan bias jadi perawan tua
• NILAI KEBUDAYAAN
-Nilai kebudayaan yang terdapat pada film saluang terletak pada alat musik saluang yang sangat kental berasal dari minangkabau,bahwa seorang yang memainkan alat musik harus berasal dari seorang pemain genderang agar jiwanya cepat menyatu dengan alunan musik saluang.
• NILAI TANGGUNG JAWAB
Nilai tanggung jawab pada film ketika seorang pemain musik harus bertanggung jawab dengan permainan musik saluangnya yang sangat kental dengan tradisi minangkabau yaitu dengan menyatunkan jiwanya dengan permainan musik tersebut.

TARIAN TOR-TOR SI GALE-GALE

Tarian Tor-Tor Saoan Sigale-Gale yang menampilkan atraksi seorang gadis membawa tujuh mangkuk melambangkan tempat air suci untuk membersihkan diri dari pengaruh roh jahat yang diletakkan di kepala dan tangan sambil menari mengelilingi penonton memukau masyarakat Ceko. Tor-tor Sigale-gale merupakan tarian untuk menghibur raja yang sedang berduka akibat anak semata wayangnya hilang tidak tahu ke mana. Tarian khas dari daerah Samosir, yakni Tor-tor Sigale-gale cukup menyita perhatian pengunjung. Penampilan ini sehubungan dengan jadwal pagelaran seni dan budaya.
Tor-tor sigale-gale adalah kesenian yang menggunakan sebuah patung laki-laki setinggi manusia. Kesenian ini berasal dari masyarakat suku Batak Toba. Selain menampilkan Tor-tor Sigale-gale, pada pagelaran seni dan budaya Kabupaten Samosir juga menampilkan Tor-tor 7 cawan, serta perpaduan musik tradisional dan musik modern. Satu hal yang unik, dalam satu sesi khusus, anak-anak dari Samosir memainkan musik tradisional dengan indahnya.
Suku Batak memiliki mata pencaharian yaitu, bertani bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi, namun ada juga di antar mereka yang tinggal di dataran rendah bersawah. Selain bertani mereka juga beternak, mereka berternak binatang yang sering digunakan untuk kepentingan upacar-upacara adat mereka , yaitu kerbau & babi.
Lingkungan tempat suku Batak sangant indah, mereka juga memiliki hasil keterampilan yang sangat diminati bahkan para turis dari luarpun menyukainya, yaitu Ulos. Ulos adalah selendang yang ditenun dan digunakan untuk menghadiri upacara-upacara adat suku Batak. Lingkungan & hasil keterampilan yang mereka hasikan tidak lepas dari kesukaan mereka yang besar terhadap keindahan & seni.
Oleh karena itu di ciptakanlah patung tor-tor sigale-gale oleh seorang raja pada jaman dahulu. Patung itu diciptakan untuk mereka yang meninggal & tidak memiliki anak laki-laki. Raja itu pun dulu meninggal dengan tidak memiliki anak laki-laki, anak laki-lakinya meninggal karena menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Karena itu ia menyuruh rakyatnya untuk membuat patung serupa anaknya dan mentor-torkannya saat ia meninggal. Mereka percaya bahwa roh anak yang meninggal masuk ke dalam patung yang dibuat itu.
Dari kesenian Tor-Tor Sigale-Gale dapat ditemukan beberapa nilai-nilai yaitu:
1. 1. Nilai cinta kasih
Nilai cinta kasih yang terkandung dalam film tor-tor si gale-gale dimana seorang anak laki-laki sengat penting adanya. Dikarenakan untuk meneruskan keturunan dan marga dari pihak ayah, & juga untuk menghantarkan roh kedua orang tuanya nanti saat sudah meninggal ke dunia roh yang baik.
1. 2. Nilai keindahan
Tarian gale-gale merupakn tarian indah terbukti dengan banyak para turis yang tertarik akan gerakan tarian gale-gale. Suku Batak sangat menyukai keindahan & kesenian. Itu terlihat dari tempat yang dipilih untuk masyarakat suku Bata tinggal. Mereka juga dapat menciptakan selendang tenun Ulos yang indah & diminati banyak orang. Terutama para wisatawan asing yang tertarik akan budaya dan adat istiadat.
1. 3. Pandangan hidup
Pandangan hidup dari tarian si gale-gale mengenai Di ciptakannya patung tor-tor sigale-gale oleh seorang raja karena pada jaman dahulu. Patung itu diciptakan untuk mereka yang meninggal & tidak memiliki anak laki-laki. Raja itu pun dulu meninggal dengan tidak memiliki anak laki-laki, anak laki-lakinya meninggal karena menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Karena itu ia menyuruh rakyatnya untuk membuat patung serupa anaknya dan mentor-torkannya saat ia meninggal. Mereka percaya bahwa roh anak yang meninggal masuk ke dalam patung yang dibuat itu. Mata pencaharian dari suku batak tidak berbeda dengan yang lain. Suku Batak memiliki mata pencaharian yaitu, bertani bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi, namun ada juga di antar mereka yang tinggal di dataran rendah bersawah. Selain bertani mereka juga beternak, mereka berternak binatang yang sering digunakan untuk kepentingan upacar-upacara adat mereka , yaitu kerbau & babi. Mereka pun juga sering mencari ikan yang banyak di danau Toba.
1. 4. Harapan
Harapan bagi masyarakat Batak agar budayanya masih bias di lestarikan supaya tidak dilupakan begitu saja karena agama Kristen masuk ke dalam masyarakat suku Batak, tor-tor sigale-sale dan upacara-upacara adat lainnya tidak digunakan lagi sebagai upacara ritual, karena mereka yang tadinya menyembah roh-roh yang sudah meninggal (Dego) sudah percaya dengan adanya Tuhan. Akhirnya upacar-upacara itu hanya digunakan sebagai hiburan bagi para wisatawan-wisatawan yang datang. Sehingga banyak menarik wisatawan asing.