Etika bisnis merupakan etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku
bisnis dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan
para kompetitor. Etika itu sendiri merupakan dasar moral, yaitu nilai-nilai
mengenai apa yang baik dan buruk serta berhubungan dengan hak dan kewajiban
moral. Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi
oleh para pelaku bisnis. Prinsip dimaksud adalah :
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik
untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak
akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan
kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak,
kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3.
Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang
dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya
masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar
semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis
yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip
ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan
usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan
merupakan perusahaan terbaik.
Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.
Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.
Contoh Kasus
PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk (Telkom) optimis dapat menyelesaikan dengan baik pembangunan
backbone serat optik Mataram Kupang (Mataram-Kupang Cable System) sepanjang
1.041 km meski ada penundaan peresmian dimulainya proyek tersebut. Demikian
dinyatakan Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy
Kurnia.
Peresmian
dimulainya proyek Mataram-Kupang Cable System semula dijadwalkan pada 12
Oktober 2009 oleh President Susilo Bambang Yudhoyono. Namun karena jadwal
Presiden yang begitu padat, rencana peresmian sedang dijadwal ulang.
Seperti disampaikan Sekjen Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar, Minggu (11/10), sejatinya peresmian akan dilakukan pada Senin (12/10). Namun karena ada beberapa hal teknis yang belum selesai, maka diundur.
Seperti disampaikan Sekjen Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar, Minggu (11/10), sejatinya peresmian akan dilakukan pada Senin (12/10). Namun karena ada beberapa hal teknis yang belum selesai, maka diundur.
Telkom memandang
penundaan peresmian dimulainya proyek Palapa Ring sebagai peluang untuk lebih
menyempurnakan dan mereview kembali keseluruhan pelaksanaan proyek tersebut
sehingga seluruh proses tidak ada yang tertinggal. Mengenai waktu peresmian proyek
Mataram Kupang Cable System tersebut, Telkom akan mengikuti jadwal yang
ditetapkan oleh Pemerintah. “Dalam hal event ini, Telkom dalam posisi ikut
saja, artinya kapan saja Pemerintah berkeinginan memulai, kami siap,” tegas
Eddy Kurnia.
Percepatan pembangunan backbone Mataram Kupang didorong oleh perubahan mendasar pada layanan Telkom. “Bila pada masa lalu layanan Telkom lebih banyak berbasis voice, maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment),” jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan wilayahnya.
Percepatan pembangunan backbone Mataram Kupang didorong oleh perubahan mendasar pada layanan Telkom. “Bila pada masa lalu layanan Telkom lebih banyak berbasis voice, maka dewasa ini telah berubah menjadi TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment),” jelas Edy Kurnia. Ia meyakini KTI sebagaimana wilayah lain di Indonesia sangat memerlukan layanan TIME untuk lebih memajukan wilayahnya.